Sabtu, 07 Februari 2009

KIAT BISNIS

Sudah terkenal di tanah air, orang Minang adalah saudagar atau pengusaha sedari dulu, banyak pengusaha Minang yang sukses pada masa lampau, tetapi tidak sekarang, dewasa ini tidak ada orang Minang yang menjadi konglomerat, paling-paling, pengusaha menegah, ada kemunduran dibanding masa lalu, artinya saudagar minang dewasa ini dalam keadaan seperti “BATANG TARANDAM” dan harus bangkit atau direvitalisasi, atau “mambangkik batang tarandam” oleh sebab itu perlu reformasi saudagar Minang. Gerakan itu sudah ada dengan diselenggarakan Forum Saudagar Minang.
Kalau mau reformasi dan revitalisas, kita kembali kepada kiat bisnis Minang. Kiatnya adalah:
1. Alun tajua, lah tabali. Artinya kalau berdagang atau berusaha apa saja, adalah produk (barang atau jasa) yang laku dipasar atau dengan kata lain market oriented”.
2. Imek, atau hemat dalam penegrtian efisien, tingkat efisiensi akan menetukan daya saing, semakin tinggi efisiensi, semakin tinggi pula daya saing.
3. Ingek, ingek rantiang nan ka mancucuak, ingek dahan nan ka manimpo, ingek batu nan kamanaruang, ingat apa resiko yang akan timbul, karena semua usaha pasti ada resiko. Arinya “risk managemet” dilaksanakan.
4. Bakulimek, artinya cermat, cermat mengkalkusasi, cernat dalam transaksi, cermat dalam pengendalian mutu. Hal ini yang dilaksanakan oleh bangsa Jepang dalam berbisni, sehingga mampu menjadi pengusaha kelas global.
5. Labo saketek, untuang banyak. Labo (laba) sama saja dengan Untung (untuang), tetapi dalam istilah ini adalah mengambil keuntungan persatuan rendah, dengan demikian bisa laku banyak, sehingga total keuntungan persatuan waktu menjadi besar.
6. Nan rancak, katokan rancak, nan buruak katokan buruak, nan rancak dijua, nan buruak dimakan. Artinya jujur dalam mutu, tidak melakukan penipuan mutu dengan mencampur, atau menipu mutu sehingga kehilangan kepercayaan, karena kepercaan dalam dunia usaha adalah modal. Barang yang tidak layak jual, tidak di jual.
7. Indak bakadai di rumah, tapi bakadai di pasa. Artinya tidak bedagang di kebun, di sentra produksi, tetapi mendekati konsumen, antar daerah atau ekspor, atau istilah utility of place, oleh karena itu saudagar Minang berdagang kemana-mana, atau pedagang keliling. Kita perhatikan petani sekarang lebih senang berdagang di kebun, akhirnya tidak mendapat harga yang layak.
8. Bialah tanduak ba luluak, asa muncuang lai manganai, menghormati konsumen, walau calon konsumen belum tentu membeli, atau sudah mengobok-obok barang senyum tetap ditebar. Lawaupun perlu kerja keras, asal barang laku.
9. Duduak sorang basampik-sampiek, duduak basamo balapang-lapang. Dalam hal ini berdagang sendirin belum tentu baik, bisa tidak laku, karena konsumen tidak punya pembanding, jadi toko yang terpencil tidak akan laku. Tetapi kalau berkelompok, malah laku. Sebelah toko adalah pesaing, saingan dalam bisnis merupakan vitamin atau hormon. Kenadat bersaing, tetapi juga berkolaborasi juga, toko kelontong misalnya ada orang yang akan membeli sabun cap tertentu, kebetulan di tokonya tidak ada, diambilkan dari toko tetanga, tidak ambil untung, tetapi orang tersebut akan beli odol di tokonya. Mereka bersaing di pelayanan, penampilan toko, tidak bersaing diharga, mereka bersaing sekaligus berkolaborasi dan bersahabat, demikian juga dalam jual beli partai besar, pokoknya “apo nan ditanyo ado, apo dikandak dapek” mereka akan memenuhi semua kehendak konsumen, maka ia harus punya networking yang baik, kendati dengan saingan.
10. Muluik manih, kucindan murah artinya pelayanan dengan senyum dan tutur kata yang santun, komunikasi baik dalam bernegosiasi, kendati ditawar dengan harga yang ekstrim rendah.
11. Janji binaso mukiah, titian binaso lapuak, artinya berkomitmen terhadap janji atau kesepakatan, apapun risikonya.
12. Manimbang adiah, manggantang panuah. Artnya dalam menakar sesuai dengan standar
13. Sakali lancuang kaujian, saumuah hiduik urang indak picayo. Jadi hati-hati dalam berbisnis, sekali orang kecewa, susah mengembalikan nama baik, karena itu menjaga kridibilitas dengan mitra.
14. Utang batagiah, pitaruah bajago, artinya hak harus dituntut, kepercayaan orang dipelihara.
15. Selamat pagi otang minang adalah “apo kaba” artinya menanyakan informasi, karena informsi sangat penting dalam bisnis.
16. Dan berbagai-bagai kata bersayap lainnya.
Coba bandingkan dengan kaidah-kaidah bisnis modern sekarang yang banyak dikembangkan oleh negara asing, negara-negara yang menguasai bisnis global, dengan kata-kata bersayap diatas, kok saudagar minang sekarang ini secara nasional saja tidak bisa bicara, atau hanya ada satu dua orang saja, mungkin sudah lupa petuah nenek moyang, atau yang tua tidak menafsirkankannya kepada yang lebih muda sesuai denga perkembangan alam pikirannya, dan barangkali juga lupa mentransfer semangat saudagar tersebut, atau mungkin ada suatu keadaan dimana “Orang Minang” ditekan atau tertekan, saatnya membangkit batang tarandam saudagar minang, saudagar minang anak ibu pertiwi juga.(Dasril Daniel, Jambi,070209)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar